games

Jumat, 17 Januari 2014

profesi radiografer

Sebenarnya, bagi mahasiswa maupun alumni Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (atau disingkat Jur.TRO) baik instansi Depkes ataupun Jur. TRO Swasta, pasti mengetahui akan jadi apakah mereka setelah lulus. akan menjadi Radiografer, atau mempunyai rencana lain entah melanjutkan kuliah lebih tinggi atau malah yang lebih 'ekstrem' berpindah haluan ke jurusan lain saat ingin kuliah lagi entah mungkin karena sudah berkenalan dengan radiasi selama 3 tahun di perkuliahan atau memang dari awal bukan radiografer lah tujuan awalnya hanya sebagai batu loncat. atau memang ada faktor lain ?entalah .

Mungkin bagi calon mahasiswa atau masyarakat umum lainnya, belum tentu tahu. apa  Radiografer , kerjanya aja mereka belum tentu tahu ngapain maksudnya. . He..he.he… Tetapi kalau “ Tukang Rontgen” mungkin banyak orang yang sudah tahu.



Dan memang Seorang radiographer tidak bisa dilepaskan dari istilah “Tukang Rontgen”, karena pekerjaan pokok radiografer adalah membuat radiograf (foto rontgen), sesuai permintaan dokter untuk menghasilkan diagnosa yang tepat terhadap penyakit/klinis yang diderita pasien.

Seorang radiografer harus lebih dari sekedar tukang rontgen. Seorang radiografer harus bisa menganalisa hasil radiograf yang dihasilkan dari segi kualitas gambaran/ bukan diagnosa klinis. Radiografer juga harus bisa menganalisa kualitas gambaran sebelum gambar itu terbentuk, jadi seorang radiografer harus memperhitungkan faktor-faktor apa saja yang akan membuat hasil gambaran radiografi akan sesuai dengan permintaan dokter dan klinis pasien, sehingga tidak ada istilah ”Coba-Coba”. Karena disini kita memakai radiasi pengion yaitu X-Ray, yang sedikit banyaknya akan menimbulkan efek terhadap pasien maupun radiografer itu sendiri. Jadi seorang radiografer diwajibkan meminimalisasi kesalahan terhadap proses pemeriksaan.

Jika ketentuan-ketentuan tersebut dipenuhi, maka akan terbentuklah seorang radiografer yang handal, kompeten, dan profesional. Mengapa ketentuan tersebut harus dipenuhi ??? Karena ketentuan tersebut akan berdampak pada NILAI JUAL radiografer itu sendiri.

Mahasiswa lulusan D3 jur. TRO dianggap sudah mampu untuk melakukan pemeriksaan radiografi konvensional dan kontras. Untuk bisa bekerja dan diakui status radiografer. Mereka diwajibkan untuk membuat Surat Ijin Radiografer (SIR) melalui Pengurus Daerah PARI (Persatuan Ahli Radiografi Indonesia). Dan juga Surat Ijin Kerja Radiografer (SIKR). Setelah kelengkapan administrasi tersebut sudah siap, barulah mereka dapat bekerja sebagai radiografer yang profesional dan kompeten. Agar bisa melakukan pekerjaan radiografi yang lebih advance (seperti; CT Scan, MRI, Kedokteran Nuklir, Radioterapi, USG), mereka harus mengikuti pelatihan lanjut dan atau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk sementara di Indonesia jenjang pendidikan tertinggi radiodiagnostik adalah Program D4 Teknik Radiologi, sekarang baru ada di Pol;iteknik Kesehatan Depkes Jakarta II dan Politeknik Kesehatan Depkes Semarang.

Makin banyak kemampuan seorang radiografer, maka radiografer tersebut dianggap semakin kompeten dan berhak melakukan pemeriksaan radiografi yang lebih advance, dengan sendirinya juga akan menaikkan NILAI JUAL radiografer itu.

Radiografer bisa bekerja di semua instansi kesehatan yang memiliki sarana penunjang pemeriksaan Radiologi, seperti Rumah Sakit Pemerintah Maupun Swasta, klinik kesehatan, Klinik Cek up tenaga kerja, dll.

Bagaimana dengan Gaji/penghasilan yang didapat oleh radiografer?? Nah.. disinilai Nilai Jual radiografer berperan, semakin tinggi Nilai Jual radiografer, maka mereka bisa meminta gaji/penghasilan yang tinggi terhadap Rumah Sakit, Jika memang sesuai biasanya RS akan menyanggupinya. Dan juga sebaliknya, bagi radiografer yang baru (Nilai Jualnya rendah) juga harus tahu diri dengan meminta gaji yang sesuai dengan keahlian mereka.

Untuk Standar Rumah Sakit (RS) biasanya radiografer baru akan mendapat gaji sekitar 1,5 juta hingga 2,5 Juta per Bulannya (tergantung kondisi keuangan RS). Dan Radiografer Senior biasanya akan mendapat gaji/penghasilan sekitar 2,5 juta s/d 5 juta per bulan.

Itu juga masih ditambah dengan penghasilan lain seperti jasa medis, fee dari supplier alkes, limbah fixer, dll.

Bagi Radiografer senior yang mendapat tugas tambahan sebagai koordinator radiografer, juga diberi honor/insentif tambahan yang besarnya sesuai dengan kebijakan masing-masing RS.

Lain lagi jika radiografer bekerja di sebuah klinik. Biasanya gaji/penghasilan yang didapat akan lebih kecil dari Rumah Sakit. Biasanya radiografer yang bekerja di klinik adalah radiografer baru. Tetapi tidak menutup kemungkinan radiografer senior juga bekerja di klinik.

Ada juga klinik yang menerapkan sistem penggajian seperti RS, hal ini berlaku bagi klinik yang mempunyai pelayanan radiografi lengkap seperti konvensional, CT Scan, dll.

Sekarang tinggal calon radiografer yang memilih, kemana mereka akan bekerja. Dan hal tersebut pasti disesuaikan dengan kompetensi serta kesempatan yang dimiliki seseorang.

KOMPENSASI TUNJANGAN BAHAYA RADIASI (TBR) BAGI PETUGAS YANG BEKERJA DI MEDAN RADIASI

Tunjangan Bahaya Radiasi (TBR) dewasa ini menjadi berita hangat dikalangan petugas yang bekerja di medan radiasi, karena ada kemungkinan upaya kenaiakan bahkan sudah dalam peroses dan kekhususan tunjagan ini dari kompensasi bagi tenaga penunjang medis dan pekerja radiasi di rumah sakit atau Institusi yang mengunakan radiasi sebagai media untuk bekerja. Karna ruang lingkup KEPRES yang dianggap tidak menyeluruh hal ini terwujud hanya di Rumah Sakit atau fasilitas milik pemerintah (PNS), walaupun hal tersebut didukung oleh sebuah Keputusan Presiden RI dan dilanjutkan dengan dikeluarkanya SK Men.Kes. RI. masih banyak yang belum memberikan kompensasi tunjangan bahaya radiasi khususnya bagi pegawai swasta, BUMN dan Magang/Kontrak/Honorer Akan tetapi hal ini juga banyak di ikuti oleh sebagian Rumah Sakit Suwasta & klinik lainya di Indonesia yang mengerti akan Kepres dan SK tesebut, karena mereka menyadari akan pentingnya masalah ini dengan memberikan kompensasi efek radiasi terhadap petugas yang bekerja di medan radiasi. Kami sadar karena ini sebuah konsekuwensi logis yang harus di jalani sebagai tenaga kesehatan, akan tetapi hal ini mungkin tidak sebanding dari efek yang diterima sehingga harus ditinjau kembali untuk disesuaikan guna adanya peningkatan, apalagi jangka waktu efek stokastik radiasi yang timbul pada masa 2-30 tahun yang akan datang. Radiasi bisa menyebabkan efek yang sangat parah. Untuk itu jangan pernah mengabaikan efek paparan radiasi. Pancaran gelombangnya punya daya tembus besar hingga mencapai organ dalam dalam waktu yang singkat. Paparan radiasi bisa sangat berbahaya karena dapat mengangganggu proses normal sel. Hanya paparan dosis rendah yang oleh tubuh masih dapat digantikan sel-selnya. Sejarah mencatat efek radiasi paling besar adalah saat pesawat perang Amerika menjatuhkan bom nuklir di kota Hiroshima, Jepang pada 6 Agustus 1945. Saat itu diperkirakan 80.000 orang terbakar. Tapi dalam bulan-bulan berikutnya, ada 60.000 orang lainnya meninggal karena efek radiasi. Begitu juga dengan ledakan reaktor nuklir di Chornobyl, Ukraina pada April 1986. Saat kejadian hanya dua pekerja yang tewas. Tetapi pada hari-hari berikutnya, lebih dari 30 nyawa terkena paparan radiasi. Bahkan Badan Tenaga Atom Internasional Chornobyl mengatakan sedikitnya 4.000 orang meninggal atau akan meninggal terkena kanker akibat radiasi. WHO memperkirakan 9.000 orang terkena penyakit akibat ledakan tersebut. Seperti dikutip dari CBC, Senin (1/3/2010), semakin besar dosis paparan yang diterima seseorang, maka kemungkinannya untuk hidup akan semakin kecil. Penyebab kematian dalam banyak kasus adalah kerusakan sumsum tulang, yang menyebabkan infeksi dan pendarahan. Paparan radiasi ini bisa berasal dari makanan, air, sinar matahari, tembakau, televisi, sinar-X, detektor asap, material bangunan dan scanner tubuh di bandara. Dosis dari rongent sinar-X terlalu rendah untuk menyebabkan penyakit radiasi. Sedangkan dosis pengobatan kanker mungkin cukup tinggi untuk menyebabkan beberapa gejala penyakit radiasi. Emisi dari ponsel dan microwave juga rendah. Penyakit radiasi atau dikenal sebagai sindrom radiasi akut (acute radiation syndrome/ARS) terjadi setelah terkena paparan radiasi dalam jumlah banyak dan waktu yang singkat. Gejala awalnya seperti iritasi kulit, mual, muntah, deman tinggi, rambut rontok dan kulit terbakar. Gejala lainnya adalah diare, lemah, lelah, kehilangan nafsu makan, pingsan, dehidrasi, peradangan jaringan, perdarahan dari hidung, mulut, gusi atau dubur dan anemia. Orang yang terkena radiasi bisa mengalami ARS hanya bila terkena radiasi dosis tinggi. Gejala awal mulai terasa dalam hitungan menit atau hari setelah terkena paparan dan mungkin akan berkala. Tahap serius berlangsung beberapa jam atau beberapa bulan. Orang yang keracunan radiasi biasanya menunjukkan kerusakan pada kulit setelah beberapa jam terkena paparan. Kerusakannya seperti bengkak, gatal-gatal dan kulit kemerahan seperti tersengat matahari. Berikut tiga jenis radiasi pengion: 1. Radiasi sinar alpha Memiliki daya tembus paling kecil dan tidak berbahaya, kecuali jika tertelan. Partikel alpha diemisikan oleh inti radioaktif seperti uranium atau radium. Ketika terjadi peluruhan, inti melepaskan energi 2. Radiasi sinar beta. Dapat menembus kulit, menyebabkan kerusakan kulit dan kerusakan organ internal jika tertelan. Partikel beta memiliki energi yang besar, elektron dengan kecepatan tinggi atau positron yang diemisikan oleh inti radioaktif tertentu seperti potassium-40. 3. Radiasi sinar gamma Memiliki daya tembus sangat besar. Sinar gamma digambarkan sebagai cahaya dengan frekuensi dan energi tertinggi dalam spektrum elektromagnetik. Sinar gamma memiliki radiasi pengion berenergi tinggi sehingga menyebabkan kulit terbakar, melukai organ dalam dan menyebabkan efek jangka panjang. Pengobatan pada penyakit radiasi dirancang hanya untuk meringankan tanda-tanda dan gejalanya. Hal ini tidak dapat membalikkan efek paparan radiasi. Dokter mungkin menggunakan obat anti-mual dan obat penghilang rasa sakit untuk menghilangkan tanda-tanda dan gejala dan antibiotik untuk memerangi infeksi sekunder. Transfusi darah mungkin diperlukan untuk mengobati anemia. Pada hakekatnya respon tubuh terhadap Efek Biologi akibat radiasi α β µ ataupun radiasi lainnya berubah fungsi dan atau morfologi yang terdeteksi sebagai akibat pemberian dosis radiasi pada jangka waktu tertentu serta pancaran radiasi hambur yang terkena oleh petugas yang bekerja di medan radiasi yang akan mengakibatkan respon sel tubuh terhadap bahaya tersebut terjadi sebagai berikut: • Intersphase Death ( mati sebelum berkembang) Biasanya terjadi pada sel yang tidak mengalami pembelahan dan berumur panjang (sel matang), sel yang sedang membelah dengan cepat. Sehingga gejalanya timbul beberapa jam setelah diradiasi (tetapi khususnya terjadi setelah beberapa hari), dan ini terjadi karena perubahan biokimia sel. • Division Delay (telat perkembangan) Biasanya disebabkan oleh terjadinya peroses kimia tubuh oleh radiasi. Yang mengakibatkan protein untuk mitosis tidak disintesa oleh sel sehingga sintesa DNA tidak merata yang terjadi pada saat proses mitosis (pada tahap perkembangan ke2 à G2) dan mulai terjadi pada dosis rendah • Reproductive Failure Biasanya terjadi penurunan kemampuan sel untuk membelah diri dan pertambahan hidup. Akibatnya kondisi sel tersebut tidak mampu lagi membelah diri walaupun masih hidup. Mulai terjadi secara exponensial setelah dosis > 150 rad adan bisa dipengaruhi oleh nilai LED (Linier Energi Tranfer) Efek Biologi Radiasi A. Efek Somatik : Efek yang timbul pada indifidu yg terkena radiasi - Efek Somatik Stokastik : Peluang terjadi sebanding dengan dosis yang di terima tanpa ada ambang batas atau efek karsinogen - Efek Somatik Non-stokastik : Keparahan akibat radiasi bergantung besar dosis yg diterima; ada ambang batas karna dibawah dosis ambang gejala tidak + Timbul Lekemia masa laten 2–25 th + Ca Thyroid masa laten 10–30th B. Genetik : Keturunan orang yg terkena radiasi (kerusakan kromosom gen) C. Teratogenik : Cacat bawaan / kematian karena janin terkena radiasi BESAR DOSIS DAN SAAT TIMBULNYA GEJALA KLINIS DOSIS GEJALA SAAT TIMBULNYA 3 – 10 Gy Erythema (kulit kemerahan) 14 –21 hari > 3 Gy Epilapsi (rambut rontok) 14 – 18 hari 8 – 12 Gy Radang kulit kering (terkelupas, rasa raba hilang) 25 – 30 hari 15 – 20 Gy Radang kulit basah (tukak) 20 – 28 hari 15 – 25 Gy Pemnbentukan gelembung berisi cairan 15 – 25 hari > 20 Gy Pembentukan tukak 14 – 21 hari > 25 Gy Nekrosis (kematian jaringan) > 21 hari SINDROMA RADIASI AKUT DOSIS GEJALA SAAT TIMBUL PELUANG HIDUP < 1 Gy Infra klinik x x 1 – 2 Gy Ringan dan Tak Khas: Mual,Lelah,Muntah, Sakit Kepala 3 - 6 jam Besar 2 – 6 Gy Ganguan / Kerusakan Organ Pembuat darah 2 - 6 minggu (Anemia, Infeksi,Perdarahan) Sedang/Kecil 7 - 10 Gy Gangguan / Kerusakan Saluran Pencernaan 1 - 2 minggu (Diare, Muntah-muntah, Muntah Darah) Kecil sekali > 20 Gy Gangguan / Kerusakan Susunan Syaraf Beberapa jam / hari (Kejang, Mengigau, Disorientasi, Koma) Praktis tidak ada Jika terjadi kecelakaan dimana definisi kecelakaan adalah Suatu kejadian yang tidak direncanakan termasuk kesalahan operasi, kerusakan ataupun kegagalan fungsi alat atau kejadian lain yang menjurus timbulnya dampak radiasi, kondisi paparan radiasi dan atau kontamisasi yang melampaui batas keselamatan. Maka kita sebagai petugas yang bekerja di medan radiasi yang melaksanakan tugas tersebut akan dirugikan yang mungkinkan menimbulkan Efek Biologi akibat radiasi α β µ ataupun radiasi lainnya. Potensi Bahaya Kesehatan dan Dampaknya : 1. Faktor mesin : cedera, trauma, cacat 2. Fisiologik : gangguan muskuloskeletal, low back pain, kecelakaan (fatique). 3. Fisik : gangguan neuro vaskular, hearing loss efek radiasi. 4. Kimia : intoksikasi, alergi, kanker. 5. Biologik : infeksi, alergi. 6. Psikologik : stress, dipresi 7. Psikososial : konflik, persaingan negative Nilai Batas Dosis (NBD) : Dosis terbesar yang diizinkan oleh Badan Pengawas yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetic dan somatic yang berarti (fatal) akibat pemanfataan tenaga nuklir. Jenis penyinaran Maksimal 1. Seluruh tubuh/thn 50mSv (5rem) 2. Abdomen wanita usia subur/mg 13mSv 3. Wanita hamil/thn 10mSv 4. NBD penyinaran lokal - Dosis Efektif / tahun 50mSv - Dosis rata-rata tidak lebih 500 mSv - Lensa mata / thn 150mSv - Kulit, ekstremitas / thn 500mSv 5. Penyinaran khusus direncanakan 2 NBD - Seumur hidup 5 NBD * Mendapat izin dari PIA; * 1 thn sebelumnya tdk pernah menerima 1 NBD; * Tdk utk wanita subur dan menolak. 6. Masyarakat umum, • Seluruh tubuh/thn 1/10 NBD • Lokal/thn 50mSv. 7. Anggota masyarakat secara keseluruhan: Protection International Agency menjamin serendah mungkin, memperhatikan dosis genetik; 8. Dosis maksimum bagi magang/siswa: • 18 thn+: < NBD pekerja radiasi/thn; • 16-18 thn: < 0,3 NBD pekerja radiasi/thn; • <16 thn: < 0,1 NBD masy. umum/thn dan < 0,01 NBD masy.umum/penyinaran. Kep No. 01 rev.1/Ka-BAPETEN/III-01: • Penerimaan dosis yg tidak boleh dilampaui per thn • Tidak bergantung laju dosis, interna / eksterna; • Tidak termasuk penyinaran medis & alami; • Pekerja radiasi tidak boleh berusia < 18 thn. • Pekerja wanita dalam masa menyusui tidak diizinkan bertugas di daerah radiasi dg risiko kontaminasi tinggi. KETENTUAN NBD (Keputusan Ka Bapeten No. 01/Ka-BAPETEN/V-99) Penyakit Akibat Radisi 1. Radiodismatitis • Peradangan kulit akibat penyinaran local dosis tinggi ( diatas 30 sv) • Kemerahan pada kulit, masa tenang 3 minggu 2. Katarak • Kerusakan mata disis diatas 5 sv • Masa tenang 5-10 tahun 3. Sterilitas • Penyinaran pada kanntung kelamin 0,15 sv • Pengurangan kesuburan= kemandulan 4. Sindroma radiasi akut • Penyinaran seluruh tubuh (>1gy) sekaligus.laju dosis dandaya tembus besar. • Mual, muntah,demam,rasa lelah,sakit kepala,diare diikuti masa tenang 2-3 minggu • Nyeri perut, diare, pendarahan, anemia, infeksi kematian. Dengan terjadinya efek nonstokastik yang membahayakan maka petugas yang bekerja di medan radiasi perlu memahami prinsip-prinsip proteksi radiasi sehingga membatasi akan kemungkinan terjadinya infeksi dan efek stokastik sampai pada nilai batas yang diterima. Sehingga kita yakin bahwa pekerjaan atau kegiatan yang berkaitan dengan medis dan penyinaran radiasi dapat dibenarkan. Hak dan Kewajiban Pekerja 1. Mempunyai hak mendapatkan informasi bahaya dan risiko dari pekerjaannya. 2. Mendapatkan pelatihan. 3. Mendapatkan perlindungan asuransi, termasuk penyediaan APD. 4. Mendapatkan konsultasi terhadap bahaya. (Konvensi ILO di bidang K3) Dari kemungkina gejala yang akan timbul dan terjadi sebagai bagian dari resiko pekerja dan kompensasi yang yang seharusnya di diterima karena hal ini memungkinkan menimbulkan Efek Biologi akibat radiasi α β µ ataupun radiasi lainnya. Maka tentula petugas yang bekerja di medan radiasi harus waspada dan pastinya berharap akan akan menuntut tunjangan bahaya Radiasi (TBR) bagi tenaga kesehatan sebagai salah satu kopensasi dari bahaya yang disesuaikan akibat efek tersebut. Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal maula wani’mannasir, waspadalah...waspadalah...Semoga Allah SWT melindungi dan memberi keselamatan bagi kita semua dalam bekerja. Amien
 referensi :
http://trcofindonesia.blogspot.com/

perkembangan teknologi

sering dengan terus berkembangnya waktu fungsi kamar gelap dan manual processing saat ini sudah mulai tergantikan oleh dengan adanya automatic proceesing CR (computed radiography) dan DR (digital radiography) , banyak faktor yang membuat kamar gelap mulai tergantikan mulai dari semakin praktis dan efisien kerja dan waktu yang dilakukan oleh radiografer pun lebih baik dan juga dari segi hasil gambaran yang dapat 'dimanipulasi' akan tetapi juga keduanya tetap memiliki kekurangan .
mungkin kini hanya beberapa rumah sakit khususnya di jakarta dan sekitarnya yang masih menggunakan manual prcessing atau dengan kamar gelap. kecuali di daerah yang masih terpelosok atau msh jauh dari jangkauan teknologi .
dengan semakin berkembang dan canggihnya teknologi , apa mungkin tugas radiografer tergantikan oleh sebuah mesin atau alat yang canggih ? mungkin nanti peran seorang radiografer tetap dibutuhkan karena alat tersebut tetap butuh operator yang menjalankan dan saya pikir radiografer tetap penting peranannya meskipun perkembangan teknologi semakin canggih. bagaimana pendapat anda ?

ct scan brain

BRAIN CT (CT SCAN KEPALA)

  1. Pemeriksaan CT Scan Otak merupakan pemeriksaan yang dominan di setiap Rumah sakit/klinik di seluruh dunia
  2. Bagi radiografer, CT Scan otak seperti ‘bread and butter’.
  3. Meskipun dominan, tetapi parameter scan mesti harus disesuaikan dengan kelainan patologis.
  4. Pada umumnya, pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan potongan axial. Potongan coronal dilakukan hanya jika diperlukan pada kasus tertentu.
  5. Prinsipnya semua scan harus diawali dengan scanning tanpa kontras
  6. Aplikasi kontras media sangat diperlukan untuk mendiagnosa kelainan seperti lesi, abses dan tumor.
  7. Seperti halnya penggunaan kontras media pada umumnya, screening pasien harus diperlukan.
Patient Positioning
Pasien harus diposisikan sedemikian sehingga merasa nyaman diatas meja scanner, sehingga mengurangi pergerakan saat scanning.
Scout radiograf harus mampu menampakkan anatomi yang dimaksud
image
Coronal scan harus dikerjakan dalam waktu sesingkat mungkin, mengingat posisioning coronal tidak terlalu nyaman bagi pasien.
Pada coronal scan harus hati-hati terhadap dental filling yang dapat menyebabkan artefak.
Pasien yang tidak kooperatif atau tidak tenang selama pemeriksaan merupakan masalah yang serius pada pemeriksaan CT Scan mengingat sedikit saja ada pergerakan pasien selama scanning akan menyebabkan movement artefak yang cukup besar.
Pemeriksaan CT Scan otak selalu menampilkan gambaran yang tidak jelas pada area antara kedua tulang petrosum.
Fenomena ini merupakan artefak yang wajar dan sangat sulit dihilangkan
image
SCANOGRAM CT SCAN KEPALA
image
Scanogram untuk daerah basis, agar gambarnya tidak artefact maka ketebalan irisan pada daerah petrosum/basis cranii di buat 4mm/5 mm
image
scanogram pada daerah cranium maka bisa dibuat ketebalan irisan 10 mm
ke dua hal scanogran diatas lebih khusus untuk scanogram single slice/dual slice namun zaman sekarang sudah berkembang dengan multi slice maka biasanya di buat scanogram menyeluruh dari vertex sampai basis, setelah scaning selesai baru dilakukan recon.
Indications
image
image
criteria:
visualisation imaging criteria
- whole cerebrum
- whole cerebellum
- whole skull base
- vessels after the introduction of IV contrast media
image reproduction criteria
- sharp reproduction of the border between grey and white matter
- sharp reproduction of the basal ganglia
- sharp reproduction of the ventricular system
- sharp reproduction of the cerebrospinal fluid space around the mesencephalon
- sharp reproduction of the cerebrospinal fluid space over the brain
- sharp reproduction of the great vessels and the choroid plexuses after the introduction of IV contrast media
anatomy covered
- from the foramen magnum to the skull vertex
gantry scan plane
- 10-12 degrees above the orbito-meatal (OM) line to reduce dose to the lenses of the eye
SCANING PARAMETER
image
TeKnik
  1. Range 1 mulai dari bagian bawah basis cranium sampai dengan bagian atas tulang petrosum.
  2. Pada range ini gunakan slice thickness yang lebih tipis
  3. Range 2 lanjutan dari range 1 sampai dengan vertek, dengan slice thickness yang lebih tebal
TENTUKAN PARAMETER:
image
Tehnik Sequence:
Tehnik sequence sangat membantu jika pasien tidak dapat tenang selama pemeriksaan.
Pertimbangannya adalah jika akan dilakukan scanning maka dapat diulang pada 1 atau 2 slice yang gambarnya tidak baik.
WINDOWING :
image Printing
Pada kasus trauma CT brain image harus diprint dengan 2 window (bone and blood window).
Bone window untuk memperlihatkan fraktur dan blood window untuk memperlihatkan perdarahan.

referensi :
http://radiologynet.blogspot.com/2013/03/brain-ct-ct-scan-kepala.html

radioterapi, efek samping dan pencegahannya

 Radioterapi, Efek Samping dan Pencegahannya
Radioterapi merupakan salah satu metode dalam pengobatan kanker, yang termasuk populer. Meski begitu, sebelum menjalani terapi tersebut, ada baiknya Anda memahami dahulu seluk-beluknya, termasuk juga efek samping yang ditimbulkan.

Di negara berkembang, kebutuhan akan radioterapi bisa mencapai 70-80 persen dari total pasien kanker (IAEA, 2005). Akan tetapi, menurut dr. Defrizal dari RS Kanker Dharmais, Jakarta, layanan yang tersedia di Indonesia baru menjangkau 10-15 persen saja.

Metode itu memakai energi Pengion (x-ray, zat radioaktif), di samping juga pembedahan dan obat-obatan. Tujuannya bisa dibagi dua, yaitu sebagai tujuan kuratif untuk penyembuhan, atau tujuan paliatif untuk memperbaiki kualitas hidup penderita.

Dalam penggunaannya, radioterapi bisa diberikan dengan tiga cara berbeda. Pertama, radiasi eksternal. Cara ini dilakukan dengan menempatkan sumber radiasi sedikit jauh terhadap tumor yang ditargetkan, biasanya sekitar 30-100cm. Yang kedua adalah Brakhiterapi, di mana sumber radiasi didekatkan pada target tumor – bisa ditempel, dimasukkan ke rongga tubuh, atau bahkan ditanam. Cara ketiga adalah dengan radiasi internal. Cara ini menggunakan zat radiofarmaka dengan diminum atau disuntikkan.

Meski metode tersebut termasuk populer, ia bukannya tanpa efek samping. Radioterapi memiliki berbagai efek samping, baik yang akut (terjadi setelah mendapat radiasi), seperti kulit kemerahan, timbul gelembung, hingga ulkus, maupun efek lanjutan seperti pengerutan jaringan atau pendarahan.

Berbagai efek samping itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari lokasi radiasi, jumlah dosis, luas lapangan radiasi, kondisi tubuh pasien, hingga faktor eksternal seperti temperatur dan kelembapan.

Karena itu, beberapa kiat bisa dilakukan untuk mencegah efek samping radioterapi, seperti di bawah ini:
  • Radiasi daerah leher dan kepala: Menjaga kebersihan mulut dan gigi, tidak minum atau makan terlalu panas maupun dingin, menghindari berkeringat, menghindari sinar matahari langsung, menerima asupan gizi yang cukup.
  • Daerah dada: Menghindari berkeringat di daerah ketiak, tidak bergerak saat proses radioterapi dilakukan, menerima asupan gizi yang cukup.
  • Daerah perut dan panggul: Mengonsumsi makanan lunak yang mudah dicerna, menerima asupan gizi yang cukup, menjaga daerah lipatan paha dan sekitar dubur agar tetap kering.  
referensi :
http://www.readersdigest.co.id/sehat/info.medis/radioterapi.efek.samping.dan.pencegahannya/005/001/195

bahaya sinar-x bagi ibu hamil

 

Sinar-X adalah suatu radiasi berenergi kuat yang tergantung pada dosisnya, dapat mengurangi pembelahan sel, merusak materi genetik, dan menimbulkan defek pada bayi yang belum dilahirkan. Sel-sel yang membelah cepat adalah paling sensitif terhadap paparan sinar-x. Bayi dalam perut ibu sensitif terhadap sinar-x karena sel-selnya masih dalam taraf pembelahan dengan cepat, dan berkembang menjadi jaringan dan organ yang berbeda-beda. Pada dosis tertentu, paparan sinar-x pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran atau cacat pada janin yang dikandungnya, termasuk kemungkinan terjadinya kanker pada usia dewasa. Memang sebagian besar prosedur pemaparan sinar-x menghasilkan radiasi yang relatif ringan. Namun sebagai langkah jaga-jaga, penggunaan sinar-x pada wanita hamil kecuali benar-benar perlu, harus dihindari. Wanita yang melalui pemeriksaan rontgen sebelum mengetahui status kehamilannya harus berbicara kepada dokternya.
Bayi dalam perut ibu adalah sensitif terhadap sinar X karena bayi tersebut sedang mengalami pembelahan sel-sel secara cepat untuk menjadi jaringan dan organ yang bermacam-macam.Tergantung pada tingkat paparannya, sinar X yang dipaparkan kepada wanita hamil dapat berpotensi menimbulkan keguguran, atau cacat janin, termasuk malformasi, pertumbuhan terlambat, terbentuk kanker pada usia dewasanya, atau kelainan lainnya. Komisi pengaturan nuklir memberikan gambaran radiasi 2-6 pada janin akan meningkatkan resiko terbentuknya sel kanker. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paparan 5 – 10 rad pada wanita hamil dan cacat bawaan. Berikut adalah tabel yang merangkum efek sinar-X terhadap janin dalam rahim.
Sebuah penelitian di Inggris memperkirakan jumlah paparan sinar X pada janin setelah ibunya mengalami pemeriksaan rontgen sebelum menyadari bahwa mereka dalam keadaan hamil. Hasil pemeriksaannya cukup menggembirakan, bahwa janin hanya terpapar 0.5 – 1.5 rad setelah pemeriksaan rontgen perut atau punggung bawah ibu, sementara bagian tubuh ibu yang jauh menerima paparan 10-100x lebih rendah. Komisi pengaturan nuklir membatasi satuan 2 rads sebagai ambang radiasi yang mungkin menyebabkan kerusakan janin.
Usia Kehamilan (minggu ke) Efek
0–1 (pre-implantasi) Kematian embryo
2–7 (pembentukan organ) Malformasi, pertumbuhan terhambat, kanker
8–40 (fetal stage) Malformasi, pertumbuhan terhambat, kanker, gangguan pertumbuhan mental
Tidak diketahui kadar radiasi yang aman untuk janin. Bahaya pada bayi anda antara lain meningkatnya risiko mutasi dan risiko kanker di kemudian hari. Beberapa dokter yakin jumlah

sinar-X yang aman selama kehamilan adalah tidak menjalani sama sekali.
Para peneliti menjadi makin sadar pada potensi bahaya radiasi pada janin. Saat ini, mereka percaya janin berada pada risiko terbesar antara 8 dan 15 minggu kehamian (antara usia janin 6 minggu dan 13 minggu.)
Masalah, seperti pneumonia atau apendiksitis, dapat terjadi pada wanita hamil dan memerlukan sinar X untuk diagnosis yang memadai dan pengobatan. Diskusikan kebutuhan sinar X dengan dokter anda. Merupakan tanggung jawab anda untuk memberitahu dokter anda dan orang lain yang terlibat dalam perawatan kesehatan anda bahwa anda hamil atau mungkin hamil sebelum anda menjalani tes kesehatan. Akan lebih mudah menanyakan mengenai keamanan dan risiko sebelum tes dilakukan.
Jika anda menjalani tes sinar X atau serangkaian sinar X, lalu mengetahui bahwa anda hamil, tanyakan pada dokter anda mengenai kemungkinan risikonya terhadap bayi anda. Dokter anda akan memberikan saran pada anda.
Computerized tomographic scan, juga disebut CT scan, merupakan bentuk spesialisasi sinar X. teknik ini menggabungkan sinar X dengan analisis komputer. Banyak peneliti percaya jumlah radiasi yang diterima janin dari CT scan jauh lebih rendah daripada yang diterima dari sinar X biasa. Akan tetapi, tes ini harus dilakukan dengan waspada sampai kita mengetahui lebih banyak mengetahui efeknya bahkan jumlah radiasi yang kecil ini terhadap janin.
Magnetic resonance imaging, juga disebut MRI, merupakan salah satu alat yang banyak digunakan saat ini. Pada saat ini, tidak ada efek membahayakan dalam kehamilan yang dilaporkan dari penggunaan MRI. Akan tetapi, yang terbaik adalah menghindari MRI selama trimester pertama kehamilan.
 

manfaat radiasi

Bidang Non Energi: Pemanfaatan Radiasi Untuk Kesejahteraan Manusia

Bidang Pertanian

Efisiensi Pemupukan

Pupuk harganya relatif mahal dan apabila digunakan secara berlebihan akan merusak lingkungan, sedangkan apabila kurang dari jumlah seharusnya hasilnya tidak efektif. Untuk itu perlu diteliti jumlah pupuk yang diserap oleh tanaman dan berapa yang dibuang ke lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi “label” pupuk yang digunakan dengan suatu isotop, seperti nitrogen-15 atau phosphor-32. Pupuk tersebut kemudian diberikan pada tanaman dan setelah periode waktu dilakukan pendeteksian radiasi pada tanaman tersebut.

Penelitian Tanaman Varietas Baru

Seperti diketahui, radiasi pengion mempunyai kemampuan untuk merubah sel keturunan suatu mahluk hidup, termasuk tanaman. Dengan berdasar pada prinsip tersebut, maka para peneliti dapat menghasilkan jenis tanaman yang berbeda dari tanaman yang telah ada sebelumnya dan sampai saat ini telah dihasilkan 1800 jenis tanaman baru.
Varietas baru tanaman padi, gandum, bawang, pisang, cabe dan biji-bijian yang dihasilkan melalui teknik radioisotop mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap hama dan lebih mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim yang ekstrim.

Pengendalian Hama Serangga

Di seluruh dunia, hilangnya hasil panen akibat serangan hama serangga kurang lebih 25-35%. Untuk memberantas hama serangga sejak lama para petani menggunakan insektisida kimia. Akhir-akhir ini insektisida kimia dirasakan menurun keefektifannya, karena munculnya serangga yang kebal terhadap insekstisida. Selain itu insektisida juga mulai dikurangi penggunaannya karena insektisida meninggalkan residu yang beracun pada tanaman. Salah satu metode yang mulai banyak digunakan untuk menggantikan insektisida dalam mengendalikan hama adalah teknik serangga mandul.
Teknik serangga mandul dilakukan dengan mengiradiasi serangga menggunakan radiasi gamma untuk memandulkannya. Serangga jantan mandul tersebut kemudian dilepas dalam jumlah besar pada daerah yang diserang hama. Apabila mereka kawin dengan serangga betina, maka tidak akan dihasilkan keturunan. Dengan melepaskan serangga jantan mandul secara berulang, populasi hama serangga akan turun secara menyolok. Teknik ini telah digunakan secara intensif di banyak negara penghasil pertanian seperti Amerika Selatan, Mexico, Jamaika dan Libya.

Pengawetan Makanan

Kerusakan makanan hasil panen dalam penyimpanan akibat serangga, pertunasan dini atau busuk, dapat mencapai 25-30%. Kerugian ini terutama diderita oleh negara-negara yang mempunyai cuaca yang panas dan lembab. Pengawetan makanan banyak digunakan dengan tujuan untuk menunda pertunasan pada umbi-umbian, membunuh serangga pada biji-bijian, pengawetan hasil laut dan hasil peternakan, serta rempah-rempah.
Pada teknik pengawetan dengan menggunakan radiasi, makanan dipapari dengan radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya, tetapi tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan residu serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif. Teknik iradiasi juga dapat digunakan untuk sterilisasi kemasan. Di banyak negara kemasan karton untuk susu disterilkan dengan iradiasi.

Dosis Iradiasi Makanan dan Tujuannya
DOSIS TUJUAN PRODUK
Dosis rendah (s.d. 1 kGy) Menghambat pertunasan Kentang, bawang, jahe, rempah-rempah
  Membunuh serangga dan parasit Makanan kering, buah segar, padi-padian
  Penundaan kematangan/pembusukan Buah segar, sayuran
Dosis menengah (1-10 kGy) Memperpanjang masa penyimpanan Ikan, strawberry, jamur
  Menunda pembusukan, membunuh serangga berbahaya Hasil laut dan hasil ternak
High dose (10-50 Gy) Sterilisasi Hasil peternakan, hasil laut, makanan siap masak
  Dekontaminasi Rempah-rempah

Bidang Kedokteran

Di bidang kedokteran, radioisotop banyak digunakan sebagai alat diagnosis dan alat terapi berbagai macam penyakit.

Diagnosa

Radioisotop merupakan bagian yang sangat penting pada proses diagnosis suatu penyakit. Dengan bantuan peralatan pembentuk citra (imaging devices), dapat dilakukan penelitian proses biologis yang terjadi dalam tubuh manusia. Dalam penggunaannya untuk diagnosis, suatu dosis kecil radioisotop yang dicampurkan dalam larutan yang larut dalam cairan tubuh dimasukkan ke dalam tubuh, kemudian aktivitasnya dalam tubuh dapat dipelajari menggunakan gambar 2 dimensi atau 3 dimensi yang disebut tomografi. Salah satu radioisotop yang sering digunakan adalah technisium-99m, yang dapat digunakan untuk mempelajari metabolisme jantung, hati, paru-paru, ginjal, sirkulasi darah dan struktur tulang. Tujuan lain dari penggunaan di bidang diagnosis adalah untuk analisis biokimia yang disebut radio-immunoassay. Teknik ini dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi hormon, enzim, obat-obatan dan substansi lain dalam darah.

Terapi

Penggunaan radioisotop di bidang pengobatan yang paling banyak adalah untuk pengobatan kanker, karena sel kanker sangat sensitif terhadap radiasi. Sumber radiasi yang digunakan dapat berupa sumber eksternal, berupa sumber gamma seperti Co-60, atau sumber internal, yaitu berupa sumber gamma atau beta yang kecil seperti Iodine-131 yang biasa digunakan untuk penyembuhan kanker kelenjar tiroid.

Sterilisasi Peralatan Kedokteran

Dewasa ini banyak peralatan kedokteran yang disterilkan menggunakan radiasi gamma dari Co-60. Metode sterilisasi ini lebih ekonomis dan lebih efektif dibandingkan sterilisasi menggunakan uap panas, karena proses yang digunakan merupakan proses dingin, sehingga dapat digunakan untuk benda-benda yang sensitif terhadap panas seperti bubuk, obat salep, dan larutan kimia.
Keuntungan lain dari sterilisasi dengan menggunakan radiasi adalah proses sterilisasi dapat dilakukan setelah benda tersebut dikemas dan masa penyimpanan benda tersebut tidak terbatas sepanjang kemasannya tidak rusak.

Industri dan Lingkungan

Bidang Hidrologi

Dalam bidang hidrologi, sumber radiasi yang umum digunakan adalah sumber radiasi gamma. Teknik hidrologi yang menggunakan radioisotop mampu secara akurat melacak dan mengukur ketersediaan air dari suatu sumber air di bawah tanah. Teknik tersebut memungkinkan untuk melakukan analisis, pengelolaan dan pelestarian sumber air yang ada dan pencarian sumber air baru. Teknik ini dapat memberikan informasi mengenai asal, usia dan distribusi, hubungan antara air tanah, air permukaan dan sistem pengisiannya.
Pemanfaatan lainnya adalah sebagai perunut untuk mencari kebocoran pada bendungan dan saluran irigasi, mempelajari pergerakan air dan lumpur pada daerah pelabuhan dan bendungan, laju alir, serta laju pengendapan. Selain radiasi gamma, radiasi neutron banyak juga digunakan untuk mengukur kelembaban permukaan tanah.

Detektor Asap

Detektor yang menggunakan radioaktif biasanya menggunakan ameresium-241 yang merupakan pemancar alfa. Pada saat tidak ada asap maka partikel alfa akan mengionisasi udara dan menyebabkan terjadinya aliran ion antara 2 elektroda. Jika asap di dalam ruangan masuk ke dalam detektor, maka asap tersebut dapat menyerap radiasi alfa sehingga akan menghentikan arus yang selanjutnya akan menghidupkan alarm.

Perunut Lingkungan

Radioisotop dapat digunakan sebagai perunut untuk menganalisis pencemar, baik pencemar udara maupun air. Teknik ini dapat digunakan untuk menganalisis kontaminasi sulfur dioksida di atmosfir yang dihasilkan dari gas buang hasil pembakaran bahan bakar fosil, endapan lumpur laut dari limbah industri dan tumpahan minyak.

Perunut Industri

Kemampuan untuk mengukur radioaktvitas dalam jumlah yang sangat kecil telah memungkinkan pemakaian radioisotop sebagai perunut dengan menambahkan sejumlah kecil radioisotop pada bahan yang digunakan dalam berbagai proses. Teknik ini memungkinkan untuk mempelajari pencampuran dan laju alir dari berbagai macam bahan, termasuk cairan, bubuk dan gas. Teknik perunut juga dapat digunakan untuk mendeteksi tempat terjadinya kebocoran.
Suatu perunut yang dimasukkan ke oli pelumas dapat digunakan untuk menentukan laju keausan dari suatu mesin. Teknik perunut juga dapat digunakan di berbagai fasilitas untuk mengukur kinerja peralatan dan meningkatkan efisiensinya.

Alat Pengukur dan Kendali

Peralatan pengukur yang berisi sumber radioaktif secara luas telah digunakan dalam industri yang memerlukan pengaturan permukaan gas, cairan atau padatan secara akurat. Alat pengukur ini sangat bermanfaat dalam situasi dimana panas dan tekanan yang ekstrim atau kondisi lingkungan yang korosif mempersulit pelaksanaan pengukuran.
Pengukur ketebalan yang menggunakan radioisotop digunakan untuk mengukur ketebalan secara kontinu pada bahan, seperti kertas, plastik, logam, dan gelas, yang dalam proses pengukuran tersebut tidak diperlukan kontak antara alat pengukur dan bahan yang diukur.
Alat pengukur densitas yang menggunakan radioaktif digunakan pada saat kendali otomatis dari cairan, bubuk atau padatan sangat diperlukan, misalnya dalam pembuatan sabun detergen dan rokok.
Penggunaan radioisotop pada alat pengukur mempunyai beberapa kelebihan yaitu pengukuran dapat dilakukan tanpa kontak fisik antara alat pengukur dan bahan yang akan diukur, perawatan yang dibutuhkan relatif mudah, serta lebih ekonomis dibandingkan metode lainnya.

Radiografi

Radioisotop yang memancarkan radiasi gamma dan pesawat sinar-X dapat digunakan untuk “melihat” bagian dalam dari hasil fabrikasi, seperti hasil pengelasan atau hasil pengecoran, untuk melihat apakah produk tersebut mempunyai cacat atau tidak, dan memeriksa isi dari suatu kemasan/bungkusan tertutup, misalnya pemeriksaan bagasi di pelabuhan. Pada teknik ini suatu sumber radiasi diletakkan pada jarak tertentu dari bahan yang akan diperiksa dan film radiografi atau layar pendar (fluoresens) diletakkan pada sisi yang berlawanan dari sumber radiasi. Dari perbedaan tingkat kehitaman pada film radiografi atau layar pendar, dapat dipelajari struktur atau cacat yang ada pada benda yang diperiksa.

Penentuan Umur Suatu Benda

Teknik penentuan umur suatu benda yang menggunakan radioisotop disebut Carbon Dating. Prinsip kerja teknik ini adalah membandingkan konsentrasi unsur karbon yang tidak stabil pada suatu benda dengan benda lainnya. Teknik ini banyak digunakan oleh para ahli geologi, antropologi dan arkeologi untuk menentukan umur benda yang mereka temukan.
referensi :
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/3-2.htm

pembangkit listrik tenaga nulir

Pemanfaatan Radiasi Nuklir dan Radioisotop Dalam Kehidupan Manusia

Beberapa bahan yang ada di alam, seperti uranium, apabila direaksikan dengan neutron, akan mengalami reaksi pembelahan dan menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk memanaskan air hingga menjadi uap. Selanjutnya uap tersebut dapat digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir komersial yang pertama adalah Reaktor Magnox, yang dibangun pada tahun 1950-an di Inggris.
Sedangkan penggunaan radioisotop secara sengaja untuk suatu tujuan tertentu dilakukan oleh George du Hevesy pada tahun 1911. Pada saat itu, ia masih berstatus seorang pelajar yang sedang meneliti bahan radioaktif alam. Karena berasal dari luar kota dan dari keluarga yang sederhana ia tinggal di suatu asrama yang sekaligus menyajikan makanan pokok sehari-hari. Pada suatu ketika, ia curiga bahwa makanan yang disajikan dicampur dengan makanan sisa dari hari sebelumnya, tetapi ia tidak bisa membuktikan kecurigaannya itu. Untuk itu ia menaruh sejumlah kecil bahan radioaktif kedalam makanan yang sengaja tidak dihabiskannya. Keesokan harinya ketika makanan yang jenisnya sama disajikan, ia melakukan pemeriksaan makanan tersebut dengan menggunakan peralatan deteksi radiasi yang sederhana, dan ternyata ia mendeteksi adanya radioisotop dalam makanan yang dicurigainya. Mulai saat itulah ia mengembangkan penggunaan bahan radioaktif sebagai suatu perunut (tracer) untuk berbagai macam keperluan.

Bidang Energi: Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Fosil

Semua pembangkit tenaga listrik, termasuk PLTN, mempunyai prinsip kerja yang relatif sama. Bahan bakar (baik yang berupa batu bara, gas ataupun uranium) digunakan untuk memanaskan air yang akan menjadi uap. Uap memutar turbin dan selanjutnya turbin memutar suatu generator yang akan menghasilkan listrik.
Perbedaan yang mencolok adalah bahwa PLTN tidak membakar bahan bakar fosil, tetapi menggunakan bahan bakar dapat belah (bahan fisil). Di dalam reaktor, bahan fisil tersebut direaksikan dengan neutron sehingga terjadi reaksi berantai yang menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan digunakan untuk menghasilkan uap air bertekanan tinggi, kemudian uap tersebut digunakan untuk menggerakkan turbin. Dengan digunakannya bahan fisil, berarti tidak menghasilkan CO2, hujan asam, ataupun gas beracun lainnya seperti jika menggunakan bahan bakar fosil.

Seberapa amankah PLTN?

Dibandingkan pembangkit listrik lainnya, PLTN mempunyai faktor keselamatan yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh studi banding kecelakaan yang pernah terjadi di semua pembangkit listrik. Secara statistik, kecelakaan pada PLTN mempunyai persentase yang jauh lebih rendah dibandingkan yang terjadi pada pembangkit listrik lain. Hal tersebut disebabkan karena dalam desain PLTN, salah satu filosofi yang harus dipunyai adalah adanya “pertahanan berlapis” (defence in-depth). Dengan kata lain, dalam PLTN terdapat banyak pertahanan berlapis untuk menjamin keselamatan manusia dan lingkungan. Jika suatu sistem operasi mengalami kegagalan, maka masih ada sistem cadangan yang akan menggantikannya. Pada umumnya, sistem cadangan berupa suatu sistem otomatis pasif. Disamping itu, setiap komponen yang digunakan dalam instalasi PLTN telah didesain agar aman pada saat mengalami kegagalan, sehingga walaupun komponen tersebut mengalami kegagalan, maka kegagalan tersebut tidak akan mengakibatkan bahaya bagi manusia dan lingkungannya.
Dari sisi sumber daya manusia, personil yang mengoperasikan PLTN harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat, dan wajib mempunyai sertifikat sebagai operator reaktor yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, mereka harus mengikuti dan lulus ujian pelatihan. Sertifikat tersebut berlaku untuk jangka waktu tertentu dan setelah lewat masa berlakunya maka akan dilakukan pengujian kembali.

Peranan PLTN dalam Kelistrikan Dunia

Pada Nopember 2005, di seluruh dunia terdapat 441 buah pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi di 31 negara, menghasilkan tenaga listrik sebesar lebih dari 363 trilyun watt. Reaktor yang dalam tahap pembangunan sebanyak 30 buah dan 24 negara (termasuk 6 negara yang belum pernah mengoperasikan reaktor nuklir) merencanakan untuk membangun 104 reaktor nuklir baru. Saat ini energi listrik yang dihasilkan PLTN menyumbang 16% dari seluruh kelistrikan dunia, yang secara kuantitatif jumlahnya lebih besar dari listrik yang dihasilkan di seluruh dunia pada tahun 1960.
Persentase penggunaan berbagai bahan bakar untuk pembangkitan listrik di seluruh dunia
Negara-negara di Eropa merupakan negara yang paling tinggi persentase ketergantungannya pada energi nuklir. Perancis, Lithuania dan Slovakia merupakan tiga negara yang memiliki ketergantungan listrik pada energi nuklir yang tinggi, yaitu masing-masing sebesar 78%, 72% dan 55%.
Persentase sumbangan PLTN pada sistem kelistrikan di beberapa negara (per Nopember 2005)
Di masa mendatang, pemakaian energi nuklir akan berkembang lebih maju lagi, tidak hanya sekedar untuk pembangkit listrik saja, tetapi juga untuk keperluan energi selain kelistrikan, seperti produksi hidrogen, desalinasi air laut, dan pemanas ruangan. 
referensi :
www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/3-1.html

filosofi proteksi radiasi

Mengingat radiasi dapat membahayakan kesehatan, maka pemakaian radiasi perlu diawasi, baik melalui peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi dan bahan-bahan radioaktif, maupun adanya badan pengawas yang bertanggungjawab agar peraturan-peraturan tersebut diikuti. Di Indonesia, badan pengawas tersebut adalah Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir).
Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut:
  1. Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai azas justifikasi,
  2. Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial, yang dikenal sebagai azas optimasi,
  3. Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi.
Konsep untuk mencapai suatu tingkat serendah mungkin merupakan hal mendasar yang perlu dikendalikan, tidak hanya untuk radiasi tetapi juga untuk semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak mungkin menghilangkan paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada tingkat yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan.
Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5 rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem). Menurut laporan penelitian UNSCEAR, secara rata-rata setiap orang menerima dosis 2,8 mSv (280 mrem) per tahun, berarti seseorang hanya akan menerima sekitar setengah dari nilai batas dosis untuk masyarakat umum.
Ada dua catatan yang berkaitan dengan nilai batas dosis ini. Pertama, adanya anggapan bahwa nilai batas ini menyatakan garis yang tegas antara aman dan tidak aman. Hal ini tidak seluruhnya benar. Nilai batas ini hanya menyatakan batas dosis radiasi yang dapat diterima oleh pekerja atau masyarakat, sejauh pengetahuan yang ada hingga saat ini. Yang lebih penting dari pemakaian nilai batas ini adalah diterapkannya prinsip ALARA pada setiap pemanfaatan radiasi. Kedua, adanya perbedaan nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat umum. Nilai batas ini berbeda karena pekerja radiasi dianggap dapat menerima risiko yang lebih besar (dengan kata lain, menerima keuntungan yang lebih besar) daripada masyarakat umum, antara lain karena pekerja radiasi mendapat pengawasan dosis radiasi dan kesehatan secara berkala.
referensi :
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-4.htm

efek radiasi terhadap manusia

 Efek radiasi terhadap sel tubuh
Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam sel.
DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul yang terdapat di inti sel, berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan dirinya sendiri.
Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun kelainan genetik.
Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita terima sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit).
Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia yang terkena dosis tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam waktu satu atau dua bulan kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang waktu satu bulan atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.
Contoh lain, dosis radiasi akut sebesar 3,5 – 4 Sv (350 – 400 rem) yang diberikan seluruh tubuh akan menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu 30 hari kemudian. Sebaliknya, dosis yang sama yang diberikan secara merata dalam waktu satu tahun tidak menimbulkan akibat yang sama.
Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.
Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy atau lebih yang diberikan secara sekaligus pada seluruh tubuh dan tidak langsung mendapat perawatan medis, akan dapat mengakibatkan kematian karena terjadinya kerusakan sumsum tulang belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan. Jika segera dilakukan perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis terserap 5 Gy tersebut mungkin dapat diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai 50 Gy, jiwanya tidak mungkin diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan perawatan medis.
Jika dosis terserap 5 Gy tersebut diberikan secara sekaligus ke organ tertentu saja (tidak ke seluruh tubuh), kemungkinan besar tidak akan berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy yang diberikan sekaligus ke kulit akan menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis yang sama jika diberikan ke organ reproduksi akan menyebabkan mandul.
Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini hanya muncul jika dosis radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis Ambang.
Efek deterministik bisa juga terjadi dalam jangka waktu yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat fatal. Sebagai contoh, katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama (tidak sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik.
Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih.
Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker. Penyebab sebenarnya dari penyakit kanker tetap tidak diketahui. Selain dapat disebabkan oleh radiasi pengion, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain, disebut zat karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun waktu sebelum periode laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab lain. Karena lamanya periode laten ini, seseorang yang masih hidup bertahun-tahun setelah menerima paparan radiasi ada kemungkinan menerima tambahan zat-zat karsinogen dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, jika suatu saat timbul kanker, maka kanker tersebut dapat disebabkan oleh zat-zat karsinogen, bukan hanya disebabkan oleh radiasi.
referensi :
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-3.htm

Kamis, 16 Januari 2014

KONTRAS MEDIA RADIOGRAFI

Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (Bahan kontras positif) yang akan dibahas lebih luas disini atau menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau gas). Selain itu bahan kontras juga digunakan dalam pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), namun metode ini tidak didasarkan pada sinar-X tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang menyerap bahan kontras tersebut. Bahan kontras MRI dengan sifat demikian adalah Gadolinium.


A. Sejarah
Penggunaan media kontras pada pemerikasaan radiologi bermula dari percobaan Tuffier pada tahun 1897, dimana dalam percobaannya ia memasukkan kawat kedalam ureter melalui keteter., sehingga terjadi bayangan ureter dalam radiograf. Percobaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan kontras cair untuk menggambarkan anatomi dari traktus urinarius. Kontras tersebut diantaranya : koloid perak,bismut,natrium iodida,perak iodida, stronsium klorida, dan sebagainya. Berangsur-angsur metode tersebut mulai ditinggalkan karena menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Infeksi, trauma jaringan, terjadinya emboli, dan deposit perak dalam ginjal merupakan akibat sampingan yang tidak bisa dihindari.
Berpijak dari pengalaman-pengalaman terdahulu kemudian para ahli radiologi sepakat untuk megadakan pembaharuan dalam pemakaian media kontras pada pemeriksaan radiologi. Dan pada tahun 1928 seorang ahli urologi, Dr.Moses Swick bekerjasama dengan Prof.Lichtwitz,Binz, Rath, dan Lichtenberg memperkenalkan penemuannya tentang media kontras iodium water-soluble yang digunakan dalam pemeriksaan urografi secara intravena. Media kotras yang berhasil disintesa, diantranya dalah :sodium iodopyridone-N-acetic acid yang disebut Urosectan-B (Iopax), dan sodium oidomethamate yang disebut Uroselectan-B (Neoiopax). Dari segi radiograf kedua macam media kotras tersebut memberikan hasil yang memuaskan, namun dari pasiennya masih menimbulkan efek yang merugikan, yaitu : mual dan muntah. Selanjutnya Dr.Swick dan kawan-kawan melanjutkan usahanya dengan mengembangkan Iodopyracet yang sementara waktu bisa menggantikan kedudukan Neoiopax dalam pemerikasaan Urografi intra vena.
Usaha mengembangkan media kontras pun terus berlanjut. Mulai pertengahan tahun 1950 semua jenis media kontras untuk pemakaian secara intravaskuler untuk pemakaian secara intravaskular mulai mengalami pergantian. Mulai periode ini media kontras intravaskular menggunakan molekul asam benzoat sebagai bahan dasarnya dengan mengikat tiga atom iodium. Dari hasil uji coba membuktikan bahwa media kontras jenis ini memiliki kelebihan dibanding dengan jenis media kontras sebelumnya. Jenis media kontras tersebut diantarannya ; acetrizoate dibuat tahun 1950, diatrizoate tahun 1954, metrizoate tahun 1961, iothalamate tahun 1962, iodamide tahun 1965 dan ioxithalamate tahun 1968. Akhirnya media kontras yang dapat pula digunakan secara intravaskular secara kontinyu terus mengalami penyempurnaan.
Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ionisitas dan osmolalitas merupakan kunci utama terjadinya keracunan pada pasien. Kemudian mulai tahun 1969 dr.Torsten Almen mengembangkan jenis media kontras non-ionik dengan osmolalitas yang cukup rendah. Mula-mula ia mengadakan penelitian terhadap keluarga Metrizamide yang sebelumnya dipakai pada pemeriksaan mielografi. Dengan diciptakannya media kontras water soluble untuk pemeriksaaan mielografi, penggunaan secara intravaskular mulai dipelajari. Hasil akhir penelitian memberikan jalan yang terbaik untuk segala macam pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras iodium non-ionik water-soluble secara intravaskular

Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan kontras positif yang digunakan dalam pemeriksaan dengan sinar-X yaitu barium dan iodium. Sebuah tipe bahan kontras lain yang sudah lama adalah Thorotrast dengan senyawa dasar thorium dioksida, tapi penggunaannya telah dihentikan karena terbukti bersifat karsinogen.

B. Barium sulfat
Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan pada saluran pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feces.

C. Bahan kontras Iodium
Bahan kontras iodium bisa terikat pada senyawa organik (non-ionik) atau sebuah senyawa ionic. Bahan-bahan ionic dibuat pertama kali dan masih banyak digunakan dengan tergantung pada pemeriksaan yang dimaksudkan. Bahan-bahan ionic memiliki profil efek samping yang lebih buruk. Senyawa-senyawa organik memiliki efek samping yang lebih sedikit karena tidak berdisosiasi dengan molekul-molekul komponen. Banyak dari efek samping yang diakibatkan oleh larutan hyperosmolar yang diinjeksikan, yaitu zat-zat ini membawa lebih banyak atom iodine per molekul. Semakin banyak iodine, maka daya attenuasi sinar-X bertambah. Ada banyak molekul yang berbeda. Media kontras yang berbasis iodium dapat larut dalam air dan tidak berbahaya bagi tubuh. Bahan-bahan kontras ini banyak dijual sebagai larutan cair jernih yang tidak berwarna. Konsentrasinya biasanya dinyatakan dalam mg I/ml. Bahan kontras teriodinasi modern bisa digunakan hampir di semua bagian tubuh. Kebanyakan diantaranya digunakan secara intravenous, tapi untuk berbagai tujuan juga bisa digunakan secara intraarterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally – hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial.

1. Bentuk dan Susunan Kimia
. Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, bentuk dan susunan kimia media kontras iodium dapat dibedakan menjadi :

a. Sebelum tahun 1950
Pada periode ini semua media kontras iodium bersifat ionik, dimana dalam susunan kimianya terdapat ikatan ion. Ion-ion penyusun media kontras tersebut terdiri dari ; kation dan anion. Adapun contoh bentuk-bentuk media kontras intravaskular yang disintesa sebelum tahun 1950 adalah sebagai berikut :

b. Pertengahan Tahun 1950
Mulai pertengahan tahun 1950 ditetapkan penggunaan bahan dasar molekul benzoat yang setiap molekulnya mengikat tiga atom iodium. Pada tahap ini perkembangan dibagi menjadi :
1). Bahan Kontras Ionik
Ion-ion penyusun media kontras terdiri dari kation (ion bermuatan positif) dan anion (ion bermuatan negatif). Kation terikat pada asam radikal (-COO-) rantai C1 cincin benzena. Kation juga memberikan karakteristik media kontras, dimana setiap jenis memberikan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Ada beberapa macam kation yang digunakan dalam media kontras, di antaranya :
a). Sodium (Natrium)
Sifat sodium dalam media kontras adalah menurunkan kekentalan (viskositas), dan lebih sedikit menimbulkan reaksi anafilaksis karena dapat mengurangi mnuculnya zat histamin yang mengakibatkan reaksi alergis. Di lain pihak sodium bersifat lebih korosif terhadap sel endotelium dan parenkim organ tertentu, sehingga lebih toksik dari pada zat lain.
b). Meglumine ( NMG ; N-Methylglucamine)
Meglumine memiliki sifat toksik yang lebih kecil dibanding sodium, akan tetapi meglumine memberikan efek diuretik (mengurangi konsentrasi iodium dalam urin). Pada jenis asam dan konsentrasi yang sama meglumine lebih kecil menimbulkan kenaikan tekanan darah, bradikardia, dan konvulsi dibanding sodium.
c). Ethanolamine
Zat ini memiliki sifat yang tidak dimiliki oleh sodium maupub meglumine, yaitu tidak mempunyai sifat racun dan memiliki viskositas yang rendah, tetapi zat ini menimbulkan vasodilatasi yang cukup kuat.
Selain bahan tersebut diatas kadang-kadang pula digunakan kation dari calsium (Ca) dan magnesium (Mg).

Untuk memperoleh sifat media kontras yang dikehendaki pada pemeriksann radiologi tertentu biasanya dilakukan penggabungan antara beberapa jenis kation dalam satu jenis media kontras.
(1). Bahan Kontras Ionik Monomer
Bahan Kontras ionik manomer merupakan bentuk bahan kontras ionik yang memiliki satu buah cincin asam benzoat dalam satu molekul



(1). Bahan Kontras Ionik dimer
Merupakan media kontras ionik yang memiliki dua buah cincin asam benzoat dalam satu molekul. Salah satu contoh bentuk dan susunan kimia jenis bahan kontras ini adalah Ioxaglate (Hexabrix) yang merupakan media kontras ionik dimer pertama dibuat ;

2). Bahan Kontras Non-ionik.
Du dalam susunan kimia media kontras non-ionik sudah tidak dijumpai lagi adanya ikatan ion antar atom penyusun molekul. Kalau dalam media kontras ionik terdapat dua partikel penyususn molekul (kation dan anion) maka dalam bahan kontras non-ionik hanya ada satu partikel penyusun molekul sehingga memiliki karakteristik tersendiri.
b). Bahan kontras Non-ionik Manomer
Bahan kontras ini berasal dari media kontras ionik monomer yang dibentuk dengan mengganti gugus karboksil oleh gugus radikal non-ionik yaitu amida (-CONH2).
2). Bahan Kontras Non-ionik Dimer
Pembentukan struktur kimia bahan kontras ini melalui proses penggantian pada gugus karboksil media kontras ionik dimer juga oleh gugus radikal non-ionik, yang pada kahir sisntesa menghasilkan perbandingan iodium terhadap partikel media kontras 6 : 1.


Bahan kontras iodium yang umum digunakan

Osmolalitas
Konsentrasi molekul yang secara aktif memberikan tekanan osmotik larutan, sehingga memberikan kemampuan suatu pelarut (air) melewati suatu membran. Dapat dinyatakan dengan milliosmol per liter (osmolaritas) atau milliosmol per kilogram Air (H2O) pada suhu 37oC (Osmolalitas).
Osmolalitas tidak dipengaruhi oleh ukuran partikel namun nilainya tergantung dari ; Jumlah partikel dan konsentrasi iodium. Bahan kontras ionik memiliki jumlah partikel lebih besar daripada bahan kontras non-ionik karena dalam media kontras ionik terdapat dua partikel (kation dan anion) sehingga osmolalitas dua kali lebih besar.

Efek Samping
Bahan Kontras iodium yang modern merupakan obat-obat yang aman; reaksi-reaksi berbahaya bisa terjadi tapi tidak umum. Efek samping utama dari radiokontras adalah reaksi anafilaktif dan nefropati .
Reaksi-Reaksi Anafilaktif
Reaksi-reaksi anafilaktif jarang terjadi (Karnegis dan Heinz, 1979 dkk., 1987; Greenberger dan Patterson, 1998), tapi bisa terjadi sebagai respon terhadap bahankontras yang disuntikkan atau yang diberikan lewat mulut dan rectal dan bahkan memperburuk pyelografi. Gejalanya mirip dengan reaksi-reaksi anafilaksis, tapi tidak diakibatkan oleh respon kekebalan yang diperantarai IgE. Pasien-pasien yang memiliki riwayat reaksi-reaksi kontras, berisiko tinggi untuk mengalami reaksi-reaksi anafilaktif (Greenberger dan Patterson, 1988; Lang dkk., 1993). Pengobatan dini dengan kortikosteroid telah terbukti dapat mengurangi kejadian reaksi-reaksi yang berbahaya (Lasser dkk., 1988; Greenberger dkk., 1985; Wittbrodt dan Spinler, 1994).
Reaksi-reaksi anafilaktif bisa mulai dari urticaria dan gatal-gatal, sampai bronchospasma dan edema facial dan laryngeal. Untuk kasus-kasus urtikaria yang sederhana dan gatal-gatal, Benadryl (diphenhydramine) lewat mulut atau IV (intravenous) bisa diberikan. Untuk reaksi-reaksi yang lebih parah, antara lain bronchospasma dan edema leher atau wajah dapat diberikan inhaler albuterol, atau epinefrin IV atau subcutaneous, ditambah diphenhydramine mungkin diperlukan. Jika respirasi terganggu, saluran udara harus dibebaskan .
Nefropati yang Ditimbulkan oleh Medium Kontras
Nefropati oleh media kontras dapat ditimbulkan baik oleh peningkatan kreatinin darah lebih besar dari 25% atau peningkatan mutlak kreatinin darah yang mencapai 0,5 mg/dL. Ada tiga faktor yang terkait dengan meningkatnya risiko nefropati yang dipengaruhi oleh medium kontras, yaitu: gangguan ginjal sebelumnya (seperti penurunan kadar kreatinin < 60 mL/menit (1.00 mL/detik), diabetes yang telah ada sebelumnya, dan volume intravascular yang berkurang (McCullough, 1997); Scanlon dkk., 1999). Osmolalitas bahan kontras diyakini sangat berperan dalam nefropati. Idealnya, bahan kontras harus isoosmolar terhadap darah. Bahan kontras beriodium yang modern biasanya nonionic, tipe-tipe ionic yang terdahulu biasa menyebabkan efek yang lebih berbahaya dan tidak digunakan lagi. Untuk meminimalisir risiko terjadinya nefropati akibat medium kontras, maka berbagai tindakan bisa dilakukan yang kesemuanya telah dianalisis dalam sebuah meta-analisis yaitu : 1. Dosis media kontras harus diupayakan serendah mungkin, meski masih mampu ditmabhkan untuk melakukan pemeriksaan . 2. Bahan kontras bersifat non ionic 3. Media kontras yang nonionic dan iso-osmolar. Salah satu percobaan terkontrol acak menemukan bahwa sebuah bahan kontras nonionic iso-osmolar lebih baik dibanding media kontras non-ionik low-osmolar. 4. Hydrasi cairan intravenous dengan larutan garam. Masih ada pertentangan tentang cara yang paling efektif untuk hidrasi cairan intravenous. Salah satu metode adalah 1 mg/kg per jam selama 6-12 jam sebelum dan setelah pemberian kontras. 5. Hidrasi fluida intravenous dengan larutan garam ditambah sodium bikarbonat. Sebagai sebuah alternatif bagi hydrasi intravenous dengan larutan garam biasa, pemberian sodium bikarbonat 3 mL/kg per jam selama 1 jam sebelumnya, diikuti dengan 1 mL/kg per jam selama 6 jam setelah pemberian bahan kontras diketahui lebih baik ketimbang larutan garam biasa pada salah satu percobaan terkontrol acak. Ini selanjutnya didukung dengan sebuah percobaan terkontrol acak multi-senter, yang juga menunjukkan bahwa hydrasi intravenous dengan sodium bikarbonat lebih baik terhadap 0,9% larutan garam normal. Efek renoprotektif dari bikarbonat dianggap diakibatkan oleh alkalinisasi urin, yang menciptakan sebuah lingkungan yang lebih rentan terhadap pembentukan radikal bebas yang berbahaya. 6. N-asetilcystein (NAC). NAC, 600 mg secara oral dua kali sehari, pada hari sebelum selama prosedur jika pelepasan kreatinin diperkirakan lebih kecil dari 60 mL/menit (1,00 mL/detik). Sebuah percobaan terkontrol acak menemukan dosis NAC yang lebih tinggi (1200 mg IV bolus dan 1200 mg secara oral dua kali sehari selama 2 hari) dapat membantu (pengurangan risiko relatif sebesar 74%) pasien yang menerima angioplasty koroner dengan volume kontras yang lebih tinggi. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa N-asetilcystein melindungi ginjal dari efek toksik bahan kontras (Gleeson & Bulugahapitiya 2004). Efek ini, tidak merata, beberapa peneliti (seperti Hoffman dkk., 2004) telah mengklaim bahwa efek ini diakibatkan oleh gangguan dengan uji laboratorium kreatinin itu sendiri. Ini didukung oleh kurangnya korelasi antara kadar-kadar kreatinin dan kadar cystatin C. Agen-agen farmakologis lain, seperti furosemida, mannitol, theophylline, aminophylline, dopamine, dan atrial natriuretic peptide telah dicoba, tapi belum ada efek menguntungkan atau justru memiliki efek yang membahayakan (Solomon dkk., 1994; Abizaid dkk., 1999). Reaksi Kemotoksik Pasien yang memiliki kelainan pada kelenjar gondok sering mengalami reaksi kemotoksik setelah menjalani pemeriksaan dengan bahan kontras. Sebenarnya atom iodium yang terikat kuat dalam senyawa bahan kontras tidak memberikan pengaruh yang besar. Ia hanya sensitif terhadap ion iodida bebas yang sedikit banyak terdapat dalam bahan kontras. Kenaikan intake iodida inilah yang menyebabkan tirotoksikosis. Kontribusi makanan-laut dan alergi-alergi lain Disini harus ditekankan bahwa dugaan tentang “alergi” makanan laut, yang seringkali lebih didasarkan pada mitos dibanding fakta, bukanlah sebuah kontraindikasi yang cukup terhadap penggunaan bahan kontras beriodum. Sebuah hubungan antara kadar iodium dalam makanan laut dan alergi akibat makanan laut merupakan bagian dari bidang medis. Meski kadar iodine dalam makanan laut lebih tinggi dibanding pada makanan non-laut, namun konsumsi yang terakhir ini melebihi yang pertama dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa kandungan iodine makanan laut terkait dengan reaksi-reaksi terhadap makanan-laut (Coakley dan Panicek, 1997). Data yang ada menunjukkan alergi akibat makanan laut dapat meningkatkan risiko sebuah reaksi yang diperantarai bahan kontras dengan jumlah yang kira-kira sama seperti alergi terhadap buah atau sama dengan yang menyebabkan asma (Shehadi, 1975). Dengan kata lain, lebih dari 85% pasien yang mengalami alergi makanan-laut tidak akan memiliki reaksi yang berbahaya terhadap kontras beriodium (Coakley dan Panicek, 1997). Terakhir, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa reaksi-reaksi kulit yang berbahaya terhadap antiseptic-antiseptik topikal yang mengandung iodium (seperti betadin, povidin) yang banyak hubungannya dengan pemberian bahan kontras IV (Coakley dan Panicek, 1997; can Ketel dan van den Berg, 1990).

Gadolinium
Gadolinium adalah unsur kimia yang dalam tabel sistem periodik memiliki simbol Gd dengan nomor atom 64. Gadolinium menjadi superconductive dibawah suatu temperatur kritis1.083 K. Dan merupakan strongly magnetic pada suhu ruang, dan menunjukkan sifat ferromagnetic dibawah suhu ruang.
Gadolinium memperlihatkan efek magnetocaloric yaitu peningkatan temperature ketika berada dalam medan magnet dan menurun ketika meninggalkan medan magnet. Diakrenakan sifat paramagnetiknya larutan organic gadolinium kompleks dan senyawa gadolinium digunakan secara intravenous sebagai bahan kontras untuk keperluan pencitraan medis magnetic resonance imaging (MRI) . Kontras gambar yang dihasilkan Gadolinium pada MRI dipengaruhi oleh perubahan variasi T1 dan T2 jaringan. Nilai T1 dan T2 diubah oleh perubahan jumlah fluktuasi medan magnet dekat sebuah inti. Medan paramagnetik oleh gadolinium menghasilkan banyak osilasi medan . Pada umumnya kontras gambar pada MRI diperoleh oleh satu jaringan yang memiliki afinitas yang lebih tinggi (gaya tarik menarik) atau vaskularisasi yang lebih banyak dibandingkan jaringan lain. Sebagai contoh tumor memiliki Gd uptake yang lebih besar dibandingkan jaringan disekitarnya menyebabkan T1 tumor lebih singkat sehinga signal yang dihasilkan lebih kuat.
Disamping MRI, gadolinium (Gd) juga digunakan dalam teknik pencitraan lain. Pada pemeriksaan dengan sinar-X, gadolinium terdapat dalam lapisan phosphor terdapat dalam suatu polymer matrix pada detector. Terbium-doped gadolinium oxysulfide (Gd2O2S: Tb) pada lapisan phosphor mengubah sinar-X menjadi cahaya nampak. Gd dapat memancarkan cahaya dengan panjang gelombang 540nm (spektrum cahaya hijau = 520 – 570nm), yang bermanfaaat pada penggunaan dalam photographic film.
Gadolinium oxyorthosilicate (GSOadalah sebuah kristal tunggal yang digunakan sebagai scintillator pada peralatan pencitraan medis seperti Positron Emission Tomography (PET). scintillator lain yang terbaru untuk mendeteksi neutron adalah cerium-doped gadolinium orthosilicate (GSO - Gd2SiO5:Ce).
Di masa yang akan datang, gadolinium ethyl sulfate, yang memiliki karakteristik noise yang sangat rendah, dapat digunakan dalam masers. Selanjutnya gadolinium's high magnetic movement dan low Curie temperature (yang hanya pada suhu ruang) merupakan aplikasi komponen magnetic untuk menindera panas dan dingin.Menyebabkan extremely high neutron cross-section of gadolinium, elemen ini sanagt efektif digunakan pada neutron radiography.

referensi :
http://ss-radiology.blogspot.com/2008/08/bahan-kontras-radiografi_12.html